Nnengue Bienvenue |
Menghadapi isu ini beberapa bartman
saling bersilang pendapat, mempertahankan Nnengue atau mengontrak pemain baru. Kaum pro penetapan Nnengue hadir dengan argumentasi kesetiaan dan
penghargaan atas jasa Nnengue, kaum pro striker baru mengajukan
argumentasi tentang kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pemain agar
bisa survive di kasta kompetisi yang lebih tinggi.
Menyikapi hal ini, tentu tidak akan ada habisnya, karena persilangan pendapat menyuguhkan pendekatan yang berbeda dalam melihat seorang pemain. Melalui tulisan ini akan disampaikan data dan statistik ketiga pemain saat bermain di klub-klub Indonesia, sehingga kita dapat memandang lebih objektif. Saya yakin, pada prinsipnya semua Bartman berpikir atas dasar hal yang sama, yaitu untuk kemajuan Barito Putra, sehingga hadirnya tulisan inipun bukan bermaksud untuk mempertajam perbedaan pendapat, tapi hendaknya dipandang sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan sikap.
Keith pemain berumur 39 tahun telah sejak 2007 berseragam sriwijaya, dalam rentang 5 musim ia mencetak 94 gol, rataan 19 gol per-musim. Osas Saha berumur 25 tahun ada tiga klub yang dibela Osas, yaitu PSDS, PSMS dan PSAP sigli dalam 4 musim. Total ia mencetak 63 gol, rataan 15.75 gol per-musim. Nnengue membela PSIS, PSBI dan Barito dalam rentang 4 musim dengan total 20 gol, rataan 5 gol per musim. Dari sini sudah jelas, berdasarkan produktivitas urutan terbaik mulai dari Gumbs, Osas disusul Nnengue di posisi buncit.
Gumbs bukan tanpa celah, pemain ini september nanti berumur 40 tahun. Menurut ilmu kesehatan, pada umur yang demikian telah terjadi penurunan performa dari segi kecepatan dan kekuatan walaupun skill serta teknik masih dapat dimiliki. Selain itu 5 tahun bersama Sriwiaya dan telah menyatu secara permainan belum tentu langsung nyetel dengan permainan Barito.
Nnengue punya
kelebihan telah menyatu dan kenal karakter permainan Barito, cacatnya
Nnengue selain produktivitas minim, peringainya di lapangan juga buruk, 7
kartu kuning dan 1 kartu merah dicatatnya musim kemarin. Padahal fungsi
pemain asing selain mengatrol permainan tim adalah menjadi tauladan
bagi pemain lokal, sektor ini yang melemahkan Nnengue.
Osas Saha punya
cerita sendiri, bersama tiga tim, ia mampu menunjukkan konsistensi
permainan, 29 gol dengan PSAP, 23 gol dengan PSMS (dua musim) dan 11 gol
dengan PSDS, hal ini menunjukkan bahwa Osas tetap mampu mempertahankan
ketajamannya kendati berganti tim, penanda bahwa ia cepat beradaptasi
dengan permainan tim.
Akhirnya memang keputusan berada pada tangan coach Salahuddin, tapi dari statistik permainan kita dapat melihat track record pemain sebagai bahan pertimbangan. Semoga Barito musim depan mampu bersaing dengan tim-tim lain. SASAH LAKASI! VIVA LA BARITO PUTRA!
Penulis : Agi Ramadhani