Setelah melakukan evaluasi sepakbola Indonesia dan keinginan membangun Sepakbola yang lebih modern (internasional), maka melalui perencanaan dan pembahasan yang dilakukan berkali-kali oleh Pengurus PSSI termasuk mempersiapkan perangkat peraturan pendukungnya akhirnya diputuskan kompetisi Perserikatan yang sudah berusia 63 tahun dan kompetisi Liga Galatama yang telah bergulir selama 14 tahun (13 musim) disatukan menjadi kompetisi baru yang disebut Liga Indonesia (disingkat Ligina) dan dilaksanakan pada tahun 1994. Ligina ini merupakan terobosan strategis dalam pengorganisasian dan pembinaan sepakbola nasional melalui klub dan kompetisi yang berjalan secara reguler. Lauching kompetisi Ligina I (1994-1995) diadakan pada tanggal 27 November 1994 yang secara simbolik di Stadion Utama Senayan.

Liga Indonesia dirancang sebagai liga sepakbola modern yang bersifat professional yang dibagi ke dalam beberapa tingkat (Divisi): Divisi Utama, Divisi Satu, Divisi Dua, dan Divisi Tiga. Penjenjangan ini bersifat interchange dimana peserta divisi yang lebih tinggi dapat turun ke divisi yang lebih rendah (degradasi) dan demikian sebaliknya peserta divisi yang lebih rendah dapat naik ke divisi yang lebih tinggi (promosi). Status klub dan pemain yang bermain di semua divisi adalah professional, kecuali Divisi Tiga yang ditetapkan masih bersifat amatir. Liga Indonesia Divisi Utama diselenggarakan pertama kali tahun 1993/1994 yang yang bersifat professional yang pesertanya merupakan gabungan dari kompetisi perserikatan dan liga semipro Galatama. Pada masa permulaan ini diikuti oleh 34 klub yang dibagi ke dalam dua wilayah (Wilayah Barat dan Wilayah Timur).

Kecuali Aceh Putra, semua klub peserta Liga Galatama terakhir mendaftar sebagai peserta Liga Indonesia yang pertama kali dilaksanakan 1993/1994 pada tahun berikut setelah berakhirnya liga Galatama. Semua klub eks Galatama ini masuk sebagai Divisi Utama. Namun perjalanan masing-masing eks galatama ini di pentas Liga Indonesia tidak semuanya mulus. Mataram Putra dan Warna Agung hanya mampu ikut pada musim pertama, BPD Jateng sampai musim kedua, Assyabab SG,dan Bandung Raya sampai musim ketiga, Mitra Surabaya dan Arseto Solo pada musim keempat. Beberapa klub masih mampu bertahan sampai sekarang, seperti PKT, Semen Padang, Arema, Pelita Jaya, Petrokimia Putra, Medan Jaya, Barito Putra dan Putra Samarinda. Namun dari klub-klub eks galatama ini yang tetap konsisten masuk Liga Indonesia Divisi Utama hanya tinggal dua klub yaitu PKT Bontang dan Semen Padang. Pelita Jaya dan Arema sempat berada di Divisi Satu dan kembali lagi ke Divisi Utama. Klub-klub lainnya masih tertahan di Divisi Satu (Petrokimia Putra, dan Medan Jaya) dan bahkan Barito Putra pernah terdegradasi ke Divisi Dua.


Sejak digulirkannya liga professional Indonesia (Ligina) musim perdana 1994 sudah terdapat sebanyak 61 klub yang memasuki Divisi Utama. Jika pada musim ke-13 pada tahun 2007 klub berkompetisi adalah sebanyak 36 klub, maka ada 25 klub yang pernah berada dan kini tidak aktif di Divisi Utama. Sementara dari 36 klub yang berkompetisi pada musim ke-13 ini terdapat enam klub yang berpartisipasi sepanjang penyelenggaraan Divisi Utama, yaitu: Persib, Persija, PKT, PSM, Persipura dan Semen Padang. Sedangkan dari 35 klub yang ikut pada musim perdana hanya 18 klub yang masih menunjukkan keberadaannya di Divisi Utama. Ini berarti terdapat 12 klub yang pernah terdegradasi tetapi mampu kembali masuk Divisi Utama. Namun enam diantaranya hanya satu musim saja berada di Divisi Satu. Klub tersebut adalah PSIS Semarang, Pelita Jaya Purwakarta, PSDS Deli Serdang, Arema Malang, PSMS Medan dan Persita Tangerang. Persebaya dan Sriwijaya FC masing-masing pernah berada dua musim di Divisi Satu, Sedangkan Petrokimia dan Persema masing-masing tiga musim. Persebaya yang dua musim di Divisi Satu adalah akibat dua kali degradasi. Sedangkan dari klub-klub yang pernah degradasi terdapat sebanyak 17 klub yang tidak berada pada Divisi Utama.

Ada yang degradasi dari Divisi Utama dan digantikan oleh klub yang promosi dari Divisi Satu. Oleh karena penyelenggaraan Divisi Satu dimulai pada tahun 1995, maka jumlah klub yang promosi ke Divisi Utama sepanjang penyelenggaraan Liga Indonesia adalah sebanyak 26 klub. Yang pertama kali promosi ada sebanyak tiga klub yaitu Persikab, Persma, dan Indocement Cirebon, kemudian disusul empat klub yaitu PSBL Bandar Lampung, PSP, PSB dan Persedikab.

Sementara yang promosi dalam tiga tahun terakhir ada sebanyak 10 klub yakni Bali Persegi FC, Persekabpas Pasuruan, Persibom Bol. Mongondow, Persmin Minahasa, Persitara Jakarta Utara, Persiter Ternate, Persiwa Wamena, Perseman Manokwari, PSSB Bireun dan Persis Solo. Tiga klub yang disebut terakhir merupakan klub-klub yang baru promosi di musim ke-13. Dari 26 klub yang promosi ke Divisi Utama, 18 diantaranya berada pada musim ke-13. Ini berarti ada sebanyak 8 klub pendatang baru yang ‘layu sebelum berkembang’ dan kini tengah berjuang keras di divisi yang lebih rendah untuk merebut kembali posisinya di Divisi Utama. Empat klub yang promosi beberapa musim yang lalu dan mampu menjaga keberadaannnya di Divisi Utama adalah Persikota Tangerang, PSS Sleman, Deltras Sidoarjo, dan Persik Kediri. Persik sendiri sekalipun baru promosi yakni lima tahun yang lalu sudah pernah menjuarai liga sebanyak dua kali.

Dalam perjalanannya di LIGINA, PS Barito Putera sempat menggebrak pada Liga Indonesia I musim 1994. Saat itu Barito Putera berhasil menembus babak 8 Besar lalu masuk ke Semifinal. Sayangnya PS. Barito Putera kalah 0-1 dari Persib Bandung. Peristiwa ini memang sangat mengecewakan supporter dan pecinta Barito Putera, namum kebanggan terhadap tim tetap terjaga sampai sekarang. bahkan kepulangan mereka dari Jakarta pada waktu itu disambut dengan lautan manusia berbaju merah (sesuai warna kaos tim mereka saat itu) yang menyemut dari bandara Syamsuddin Noor, banjarbaru hingga ke kota Banjarmasin.

Selama Liga Indonesia masih menganut Divisi Utama sebagai Liga Kasta Tertinggi, Barito Putera beberapa kali masuk ke 8 Besar diantaranya adalah pada musim

  • - Ligina I Liga Dunhill 1994/1995 -> semifinal
  • - Ligina II Liga Dunhill 1995/1996 -> Babak 8 Besar
  • - Ligina III Liga Kansas 1996/1997 -> babak 8 Besar
  • - Ligina IV 1997/1998 -> Barito berada di 12 besar saat kompetisi dihentikan
  • - Ligina V 1998/1999
  • - Ligina VI Liga Bank Mandiri 1999/2000 ?
  • - Ligina VII Liga Bank Mandiri 2000/2001 ?
  • - Ligina VIII Liga bank Mandri 2001/2002 -> babak 8 Besar, Bakko Sadisso Jadi Top Skor Divisi Utama



Sumber : http://akhirmh.blogdetik.com/?page_id=99

0 comments:

Post a Comment

 
Top