Nasib
malang kembali dialami pemain asing yang mengadu nasib di Indonesia.
Tak sanggup melunasi biaya rumah sakit karena gajinya belum dibayar,
Diego Mendieta akhirnya meninggal dunia. Diego sebelumnya bermain untuk
Persis Solo versi PT Liga Indonesia. Musim lalu, penyerang asal Paraguay
itu menyumbangkan delapan gol untuk Laskar Sambernyawa.
Pekan
lalu, Diego dilarikan ke RS Dr Muwardi Solo. Dia mengeluh tidak enak
badan, kepala pusing, dan sering muntah. Dari hasil pemeriksaan, pemain
kelahiran 13 Juni 1980 itu terserang penyakit tifus dan lever. Itu bukan
kali pertama Diego masuk rumah sakit. Dia sebelumnya juga pernah
diopname di RS Islam Surakarta Yarsis dan RS PKU Muhammadiyah. Tapi, dia
terpaksa pulang karena tak bisa membayar biaya perawatan.
Diego tak punya uang karena gaji selama empat bulan dan uang muka kontrak yang menjadi haknya dikabarkan belum dibayarkanDiego tak punya uang karena gaji selama empat bulan dan uang muka kontrak yang menjadi haknya dikabarkan belum dibayarkan oleh pihak klub. Beruntung, masih ada beberapa teman yang mau memberikan bantuan.Untuk membantu biaya pengobatan Diego, Pasoepati, kelompok suporter Persis, sempat melakukan aksi penggalangan dana. Aksi galang dana tersebut dilakukan bersamaan dengan acara nonton bareng timnas Indonesia yang tampil di Piala AFF 2012
Tapi, belakangan kondisi Diego makin
memburuk. Setelah sempat kritis, pemain bernama lengkap Diego Antonio
Mendieta Romero itu akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Selasa
(4/12/2012) dinihari WIB di RS Dr Muwardi. Diego meninggal dengan
meninggalkan satu istri dan tiga orang anak: Enzo, Cielo Belin, dan
Gaston. Jenazahnya rencananya akan dimakamkan di tanah airnya.
Ini
bukan kali pertama seorang pemain asing meninggal di Indonesia. Bulan
Oktober silam, mantan pemain Persita Tangerang, Persikota, Persiba
Balikpapan, dan PSIS Semarang, Bruno Zandonadi, tutup usia akibat
penyakit kanker otak.
Catatan opini
: Kalau tak punya uang untuk menggaji pemain asing, jangan menyewa
mereka karena bisa saja kejadian ini akan terulang kembali kalau
klub-klub ‘miskin’ namun ingin ‘gaya’ kembali melakukan hal ini. Jangan
sia-siakan hidup mereka dengan janji palsu. Hal ini juga tak akan
terjadi seandainya klub-klub sepakbola Indonesia tidak terpecah oleh
para ‘penghancur’ sepakbola nasioanal yang suka berebut kekuasaan dan
merasa selalu benar.
sumber : http://sport.detik.com