Laga kandang PS. Barito Putera memang selalu berakhir manis, 3 poin tak pernah lepas dari genggaman anak asuh Pelatih Salahuddin. Supporter pun selalu dimanja dengan gol-gol spektakuler dari pemain-pemain Barito Putera, bahkan hebatnua lagi tak pernah ada bola yang mampu bersarang ke gawang Barito Putera di 17 Mei musim ini. Begitu superiornya PS. Barito Putera dihadapan pendukungnya, namun sayang masih sering terlihat ketidakdewasaan penonton di Stadion kebanggaan kita, Stadion 17 Mei Banjarmasin.

Dalam 6 kali laga kandang kita musim ini, lemparan botol mineral masih sering terjadi. Bahkan anehnya, diputaran kedua ini malah makin parah. Sampai-sampai pertandingan harus dihentikan beberapa menit akibat hujan botol yang menimpa official & Pemain Persepam Madura United dilaga sebelumnya. Sebenarnya kita ke stadion mau jadi penonton atau mau jadi perusuh?
Ini sepakbola modern bung, menang kalah bukan ditentukan dari banyaknya lemparan botol, hantaman atau tendangan kepada lawan. Tapi berapa banyak gol yang dapat kita sarangkan ke gawang musuh. Parameternya jelas, berapa angka yang tampil di papan skor. Tidak ada sejarahnya tim yang bisa membunuh tim lawan dianggap sebagai pemenang. Ini sepakbola, bukan ajang rusuh.

Ketika lawan bertindak kasar, bukan penonton yang berhak menghakimi, ada sang pengadil di lapangan. Wasit yang berhak memutuskan, pelanggaran kah, kartu kuning kah atau malah kartu merah kah. Bukan dengan lemparan botol, plastik minuman atau malah batu dan kayu. Saat tim kita lelah, capek, belum mampu memecah kebuntuan, bukan dengan cemoohan, beri mereka dukungan, teriakkan semangat bagi mereka. Yakinkan mereka, hari ini kita pasti menang. Tidak pula perlu mencemooh kualitas pemain, masih ada tim pelatih yang lebih mampu menilai, kalau merasa lebih hebat dari pelatih, kenapa tidak melamar jadi pengganti bang Salahuddin saja.
Ketika ada lemparan-lemparan dari tribun terbuka, selayaknyalah dirigen dan pengurus suporter bergerak menenangkan. Inilah tanggung jawab sebagai orang lapangan yang mengurusi kumpulan manusia-manusia pecinta Barito Putera. Jangan sekedar retroika di media, atau sekedar memperbanyak anggota namun tidak mampu mengendalikan mereka. Suasana tribun tertutup yang maaf-maaf saja kelihatannya setali tiga uang. Tribun tertutup itu lebih enak, lebih eksklusif untuk sekedar menonton. Banyak orang tua bahkan wanita dan ibu-ibu disana. Buat apa melempar-lempar botol kepada tim lawan? disana tempat bersantai, menikmati pertandingan tanpa perlu berpanas-panasan. Duduk manis dan memberi tepuk tangan lebih membahagiakan tim Barito Putera daripada malah merepotkan panitia pertandingan akibat sikap yang kurang dewasa sebagai penonton.

Ini kandang kita bung, apa tidak malu kalau nanti 17 Mei dicap angker akibat sikap penonton yang brutal? yang senang memprovokasi atau diprovokasi lawan? bikin malu bung. Stadion 17 Mei boleh terkenal karena tak ada yang bisa mengalahkan Barito Putera disini, karena dukungan supporter yang luar biasa, karena semangat membara. Itu yang akan menjadikan kita terhormat dijajaran persepakbolaan nasional. Ini lavel Divisi Utama bung, bukan liga amatir apalagi pertandingan Tarkam. Selangkah lagi kita naik kasta ke lavel tertinggi Sepakbola Indonesia. Jadilah pendorong semangat juang Barito Putera, bakar semangat mereka untuk meraih kemenangan demi kemengangan. Jadikan mereka merasa bangga punya supporter seperti kita, jangan malah bikin mereka malu, panpel rugi, stadion rusak atau malah membuat Barito bertanding tanpa penonton.

Ini Sepakbola modern bung, jadilah penonton setia dan supporter yang dewasa. Berikan doa dan semangat untuk mereka yang bertanding dilapangan. Ini Kandang Kita, Jangan Mambari Supan Banua. #SasahLakasi, Salam Satu Hati Laskar Antasari.

Sumber : http://v1.baritomania.com/

0 comments:

Post a Comment

 
Top